Setiap inchi daratan adalah pentas tarian cintaMu. Setiap kubik lautan adalah tinta 'tuk tuliskan syair untukMu. Dan sehelai nyawaku sebagai pengikatMu.

Thursday, November 29, 2012

Puisi Waktu

Advertisement



Subuh,
kubiarkan cinta lamaku terbasuh,
kemudian luruh.

Dzuhur,
kucoba menapaki cinta baru yang sudah uzur,
tapi kembali hancur lebur.

Ashar,
kembali memutar dalam cinta absurd yang perlahan pudar,
bunganya tak pernah mekar.

Maghrib,
merebahkan diri di ketenangan sunyi pangkuan nasib,
menunggu cinta absurd seperti bintang kelap-kelip.

Isya',
dalam gulita kubermunajat dan mendesak,
"tuhan, jangan berikan aku cinta yang merusak."

Advertisement
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Puisi Waktu

0 komentar:

Post a Comment