Setiap inchi daratan adalah pentas tarian cintaMu. Setiap kubik lautan adalah tinta 'tuk tuliskan syair untukMu. Dan sehelai nyawaku sebagai pengikatMu.

Tuesday, September 14, 2010

Sedapnya malam, tangis sunyi.

Advertisement

Sebuah Penyesalan.



Ketika adanya malam semakin menjemukan. Dan datangnya pagi semakin membosankan, tak ada lagi yang mampu kurencanakan untuk menyongsong esok. Lalu suara kekhawatiran yang menyeruak dari dalam nurani menerpa wajah muram yang kutunjukkkan di dahiku. Meski hanya ada noda hitam yang membalutnya, aku yakin dahi ini masih bisa di ajak berpikir. Meski harus setengah mati untuk menemukan jawaaban yang seharusnya kujawab setengah tahun lalu. Jawaban tentang pertanyaan yang selalu menggantung di dada dan batin. Keputusanku. Ya, keputsanku, yang seakaligus juga menjadi sumber keputus-asaan ku selama ini. Yangselalu berusaha kusembunyikan dari orang-orang terdekatku, bahkan orang tuaku sendiri. Selalu, dan selalu kukecoh dengan diam. Tak ubahnya batu yang sudh lama tak terinjak. Berlumut dan kotor. Hitam. Sehitam hati yang sudah semakin mengeras. Mengeras dan tak mampu lagi rasakan gairah yang dulu ada di malam-malamku, dengannya. Tak ada lagi desah lembut yang menemani kala aku terlelap. Bahkan jagaku. Lalu byangan masa lalu semakin menggoda untuk ku ulangi. Namun, sekali lagi, aku hanya mampi menangisi dan meratapi.


Jawaban. Ya, jawaban. Itu yang harusnya kuberikan dari dulu. Entah apa yang sebenarnya terpikir di benakku waktu itu. Apa yang ku inginkan dari perpisahanku ini. Tak sempat kujawab saat itu, bahkan kini. Dahi yang hitam karena coretan murka, tak pernah mampu memberikan jawaban pasti. Apa yang sebenarnya di inginkan hati. Atau nurani? Dimana? Masihkah ada? Dan celotehan jangkrik, tak mau diam seolah mengejek kesunyian yang menemaniku kini. Selalu, setiap malam tak mampu kulalui dengan nyenyak. Selalu terjaga dan selalu berusaha menyibukkan diri dengan kesunyian. Meletakkan kepala kalau sudah terasa penat. Namun mata tak mau mengatup. Mataku tak mau mengatup karena takut dengan datangnya mimpi. Aku memang tak lagi mau bermimpi lagi, sejak mimpi-mimpiku kutinggalkan dengannya bersama kebtidak tepatan keputusan yang kuambil. Tidak tepat? Ataukah ini hanya karena aku merasa sepi saja?

Harusnya ada yang kuperjuangkan saat ini. Tapi kubiarkan mengalir liar saja hidupku. Tak perlulah kukekang tali kehidupanku. Biarkan dia temukan jalannya sendiri, mengembara mencari tempat beristirahat. Suatu saat jika sudah penat menjalani jala-jalan liar. Hidupku toh akan berhanti juga. Lalu dimana optimisku dulu? Dimana idealisme-ku dulu yang kupertahankan ketika meninggalkannya? Tak adakah sisa sejumputpun? Kukira tak ada lagi optimisme dan idealisme seorang muda lugu. Realistis sajalah. Jalani kehidupan hari ini tanpa harus berpikir apa yang akan kita dapatkan esok hari. Kurasa malam ini aku harus tetap terjaga dan melalui mamlam ini seperti mala-malam sebelumnya. Diam. Memaku dan tak bersuara. Hanya hati yang berbicara kepada malam yang selalu cerah, tanpa bintang. Selalu tanpa bintang memang. Karena aku tak menginkannya muncul lagi di hati. Tak pula kubayangkan akan terlihat o;eh mataku. Karena akan membuatku mengantuk. Dan kembali terpuruk dalam mimpi. Dan yang paling kutakutkan akan muncul. Ya. Dia akan muncul. Dan kembali bertanya untuk menanyakan alasan, “kenapa kau meninggalkanku?”. Dan kau yakin aku akan kembali terdiam tak mampu menjawab? Tepat sekali tebakanmu sayang....

Kembali kupandangi malam yang sepi. Di sana dia mungkin masih menanti. Ahhh... mana mungkin. Dia takkan mengharapkanku kembali. Paling tidak tak akan memikirkannya. Toh dia seharusnya bahagia karna sudah terbebas dariku? Ahahaha... Naif.

Kemana kunang yang kemarin diam di sini mendengarkanku, mendengarkan ocehanku yang tak berkesudahan. Tentang topik yang sama tentu. Huh.. mungkin dia juga sudah bosan, sama bosannya denganku yang tak mampu menatap mimpi. Selalu begini.....

KnoAcc, 08 marc 2010.

Advertisement
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sedapnya malam, tangis sunyi.

0 komentar:

Post a Comment