Setiap inchi daratan adalah pentas tarian cintaMu. Setiap kubik lautan adalah tinta 'tuk tuliskan syair untukMu. Dan sehelai nyawaku sebagai pengikatMu.

Saturday, May 12, 2012

Shimphoni Airmata

Advertisement

kehidupan, kehidupan, banyak sudah ku menakarmu
kehidupan, kehidupan, seperti apa serulingmu mengalun
kehidupan, kehiudpan, membisiki telinga tuna rungu
kehidupan, kehidupan, seperti ayan yang menghampakan sejadah kala datang

banyak sudah akal yang hilang yang tertipu manis rayumu
banyak sudah yang menangisi keperihanmu
sebanyak telur telur ayam yang menetas setelah tiga masa
sebanyak daging daging tercincang di pasar becek di tengah desa

murungku bukan karenamu kini
murungku hanya sesak yang mencoba mendesak keluar seperti lava yang meleleh pelan namun mebakar
pelan dan menghanyutkan berkerat-kerat nyawa, yang memujamu

kesedihan, kesedihan, meleleh di pipi keriput yang kukenal sejak masaku belum mengenal a ba ta tsa ja
kesedihan, kesedihan, teganya kau hinggap di gumpalan darah yang mengasihiku sejak tanganku belum genap menyentuh dan mengusap tubuh yang kini penuh linu

einsten-kah yang kau mau? tidak
julius caesar-kah yang kau mau? tidak
"Abu Bakar sudah cukup keteguhannya" kau bilang
"dan Ayyub karena kesabarannya" desahmu pelan

tunggu barang sejenak
supaya aku bisa menjadi salah satunya dulu
dan seka dulu kesedihan yang memnekas di pipimu
aku masih anakmu, tapi bukan yang dulu

ini aku, yang berkembang seperti kelopak mangga
sebentar lagi menjadi manis
sebentar lagi aku menjadi manis
tunggulan sebentar lagi ibu

Advertisement
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Shimphoni Airmata

0 komentar:

Post a Comment