Setiap inchi daratan adalah pentas tarian cintaMu. Setiap kubik lautan adalah tinta 'tuk tuliskan syair untukMu. Dan sehelai nyawaku sebagai pengikatMu.

Tuesday, December 22, 2015

Sendal Baru atau Sendal Lama

Advertisement

Bukan karena aku jumawa, lebih mungkin karena aku pandir.
Memandangmu miring, di sela-sela lubang jendela.

Kurasa bukan karena aku tuli, bisa jadi sebab aku tak memujamu lagi.
Mengabaikan pekik ratapmu dan amarahmu yang berbusa.

---

Lebih masuk akal jika kutinggalkan sendal yang putus temalinya, kurasa.
Lebih mudah andai tak kubawa-bawa ke selatan ke utara, mencari lem kastol.

Bukankah selalu ada toko yang memajang alas kaki baru, di setiap perempatan jalan?
Apa susahnya membeli yang baru?
Meskipun sangat mungkin waktu memilihnya lebih lama dari sendal yang dulu.

Dan bisa jadi malah membuat lecet-lecet, setelah yakin dan terbeli.

Rasanya lebih nyaman jika memakai sendal yang sudah lama, karena terbiasa.
Walaupun nanti lepas lagi temalinya, dan membuatku sudah bukan kepalang.

Advertisement
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sendal Baru atau Sendal Lama

0 komentar:

Post a Comment