Thursday, November 29, 2012
Subuh,
kubiarkan cinta lamaku terbasuh,
kemudian luruh.
Dzuhur,
kucoba menapaki cinta baru yang sudah uzur,
tapi kembali hancur lebur.
Ashar,
kembali memutar dalam cinta absurd yang perlahan pudar,
bunganya tak pernah mekar.
Maghrib,
merebahkan diri di ketenangan sunyi pangkuan nasib,
menunggu cinta absurd seperti bintang kelap-kelip.
Isya',
dalam gulita kubermunajat dan mendesak,
"tuhan, jangan berikan aku cinta yang merusak."
Puisi Waktu
Di Publikasikan
Jon Moekidi
pada
Thursday, November 29, 2012
Advertisement
Subuh,
kubiarkan cinta lamaku terbasuh,
kemudian luruh.
Dzuhur,
kucoba menapaki cinta baru yang sudah uzur,
tapi kembali hancur lebur.
Ashar,
kembali memutar dalam cinta absurd yang perlahan pudar,
bunganya tak pernah mekar.
Maghrib,
merebahkan diri di ketenangan sunyi pangkuan nasib,
menunggu cinta absurd seperti bintang kelap-kelip.
Isya',
dalam gulita kubermunajat dan mendesak,
"tuhan, jangan berikan aku cinta yang merusak."
Advertisement
Tags :
Sajak
Related : Puisi Waktu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment