Setiap inchi daratan adalah pentas tarian cintaMu. Setiap kubik lautan adalah tinta 'tuk tuliskan syair untukMu. Dan sehelai nyawaku sebagai pengikatMu.

Thursday, November 29, 2012

Puisi Waktu

Advertisement



Subuh,
kubiarkan cinta lamaku terbasuh,
kemudian luruh.

Dzuhur,
kucoba menapaki cinta baru yang sudah uzur,
tapi kembali hancur lebur.

Ashar,
kembali memutar dalam cinta absurd yang perlahan pudar,
bunganya tak pernah mekar.

Maghrib,
merebahkan diri di ketenangan sunyi pangkuan nasib,
menunggu cinta absurd seperti bintang kelap-kelip.

Isya',
dalam gulita kubermunajat dan mendesak,
"tuhan, jangan berikan aku cinta yang merusak."

Advertisement
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Puisi Waktu

  • Seumur Jagungterasa pedih, wahai kenangan. perih mengiris, duhai cinta. azasmu membenak, ini hati rapuh retak. gadis, awalmu seperti cahaya. gadis, nyata kuperoleh lumpur nanah. yang ...
  • Mataku Mata NyalangMataku, mata nyalang yang mengawasi rerimbunan semak belukar setinggi dada. Mataku tak pernah terpejam kala malam. Mataku mata lelah yang sama. Mataku adalah mata tajam. ...
  • GERIMIS APRIL SURABAYAhujan, itu ingatan. gerimis, itu kenangan. seperti epos tak tergantikan. ini tentangmu, yg pernah berbagi ranjang dan rantang yang sama. ...
  • Biografi WS Rendra Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yog ...
  • KembaliTelah kulupa bentuk wajahmu, dan manis senyummu. Hingga kini saat kau hadir kembali, aku seperti di meja judi. Kupertaruhkan seluruh malu, hingga habis lidah dikulum k ...

0 komentar:

Post a Comment